Kala Ombak Mulai Berbisik_Teks Inspirasi karya Uray Naia. K Kelas 9A SMP Negeri 3 Singkawang

Kala Ombak Mulai Berbisik_Teks Inspirasi karya Uray Naia. K Kelas 9A SMP Negeri 3 Singkawang

Langit mulai gelap, kala itu seorang pria dengan pakaian serba hitam duduk dipinggir pantai, membiarkan tubuhnya terkena desir ombak hingga bajunya basah. Ia adalah Nandor, merasa pantai adalah tempat paling nyaman baginya untuk menenangkan diri. Namun, ada kalanya angin pantai seolah berbisik padanya untuk mengakhiri hidup. 

Pada akhirnya, setelah lelah dengan kehidupan, dia mendengarkan angin pantai malam itu. Kini kakinya berjalan masuk ke dalam pelukan air pantai hingga sebagian tubuhnya sudah menghilang. Saat rasanya ia sudah rela melepas jiwanya, tangannya malah merasakan tarikan yang begitu kuat hingga sulit dilepas. 

"Kamu kenapa, sih?" 
Tanya pria yang menariknya. Netranya menatap kabur pandangan di depannya. 

"Kamu sadar? Kamu pingsan, ya?"
"Gak!" Jawab Nandor dengan suara yang bergetar, kemudian dia tersedak karena tersedak air pantai. 

"Mau mati?"
"Iya, mau!" 

Pria itu, Kala, tertawa dengan pernyataan jujur dari Nandor. "Kenapa?" Tanyanya. Kini mereka berdua tengah duduk di pasir putih yang luas itu.
"Kamu gak tahu masalah hidupku. Orang tua yang gak ada lagi, sekarang anak yang ditinggal orang tua itu hidup sendirian. Terus sekarang aku kanker dan harus sendirian juga. Aku gak bisa menepis kekhawatiran tiap malam, kalau besok tiba-tiba aku udah gak ada. Bahkan pantai gak bisa menenangkan kegelisahan aku lagi, justru malah berbisik biar aku mati. Aku mau mati, dari pada selalu khawatir tentang mati!" 

Kala menganggukkan kepalanya sejenak lalu kembali bersuara. "Kena mental health itu."
"Gak, biasa aja." Nandor berucap yakin.
"Gak apa kalau gak mau ngaku, aku juga dulu gitu. Ada masa-masa sulit. Namun untungnya, aku bertemu dengan seorang guru yang baik. Aku suka gambar, terus guru itu bantu mengatasi masalahku dengan lukisan. Ini disebut terapi seni, dia memberikan bantuan besar dalam hidupku." Kala memutus ucapannya sejenak sambil menghirup udara pantai dengan dalam. 

"Mungkin kamu punya masalah yang lebih berat dari aku. Aku dihadapkan dengan masalah hidup yang umum tapi aku gak bisa mengatasinya dengan baik. Sebagai analogi, contoh sebuah api, api itu panas, kalau aku sentuh dengan tangan, itu sakit. Tapi aku gak tahu cara yang bener untuk mengatasi rasa sakitnya justru malah diam dan sentuh api itu lebih lama." Sambung Kala. 

Nandor kemudian menatap kosong pada langit malam yang dihiasi bintang-bintang. "Kamu gak perlu khawatir kapan kamu akan pergi, ya hadapi aja, karena setiap masalah ada jalan keluarnya, setiap rasa sakit ada obatnya." 

Nandor mulai paham, kemudian bangkit dari duduknya. "Kita artinya sama-sama berjuang untuk hidup kan?" Tanya Nandor. "Iya, kamu harus terus hidup." 
"Terima kasih." Nandor menolehkan kepalanya sedikit menunduk pada Kala yang masih setia duduk diam di sana, lalu ucapan itu dibalas oleh senyum tulus dari Kala. 

Benar, setiap luka ada obatnya. Luangkan waktumu untuk menyembuhkan selama yang kamu mau, tapi jangan pernah berucap untuk menyerah akan hidup yang kamu jalani. Semua masalah pasti memiliki jalan keluar, tinggal kita yang berusaha dan mencari jalan keluar itu, karena kebahagiaan tidak datang sendiri jika bukan kita yang menginginkannya.