Kita Usahakan Gelar Itu

Kita Usahakan Gelar Itu

Karya Nyemas Afiqah Maryam kelas 9C 

        Kisah ini dimulai dari suatu hari yang cerah cahaya matahari lembut menyiram bumi penuh kasih burung berkicau menyanyikan orkestra Selamat pagi Kepul kabut membuat lereng pegunungan. Pemilik kisah ini bernama Sri Ningsih sosok gadis yang tidak datang laku laku dia adalah kakakku Si Gempal, Hitam, Kusam, dan Pendek dia adalah sosok wanita paling tangguh yang pernah ku tau. Sejak bapak dan ibu meninggal beberapa tahun silam Kak Ningsih yang menggantikan peran mereka Kak Ningsih bekerja tanpa henti hingga harus mengorbankan segala mimpinya agar adiknya bisa bercita cita.
      Aku sekar seorang mahasiswi kedokteran dan juga seorang prioritasnya Sri Ningsih, aku sekarang menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada menjadi dokter adalah impian Kak Ningsih hingga dia harus mengubur mimpinya dalam dalam demi menjadikanku orang yang bergelar, Kak Ningsih bekerja serabutan sudah tak terhitung pekerjaan apa saja yang dijalani olehnya. 
      Aku Sekar seorang Dokter Spesialis dan juga seorang prioritasnya Sri Ningsih Kak Ningsih berhasil menjadikan ku orang yang bergelar aku lulus dengan predikat summa cumlaude dengan nilai IPK tertinggi. Hari ini setelah penantian lama akhirnya aku bertemu Kak Ningsih "Kak untuk apa? Kenapa kau bisa seikhlas itu mengorbankan segalanya bahkan kau mengorbankan dirimu sendiri, terbuat dari apa dirimu sendiri? Kak, kau terlalu indah jika hanya dicap sebagai manusia biasa, memang kau terlihat gempal, hitam, kusam, dan pendek tapi hatimu sangat indah. Apa... Tuhan tengah tersenyum ketika menciptakanmu?" Ucapku sambil mengalungkan medali wisuda ku kepada nisan Kak Ningsih. Ya, Kak Ningsih meninggalkan minggu sebelum wisudaku. Kak Ningsih mengidap kanker stadium 4 yang ternyata penyakit itu sudah lama menggorogoti tubuhnya, Kak Ningsih bekerja tanpa henti dan membuat penyakitnya semakin parah. "Kak bagaimana bisa?".
    Putri sulung sebutannya terlahir sebagai anak perempuan pertama berarti menanggung rasa, dada harus tetap busung tidak mengenal mendung bahunya harus kuat menanggung beban terkadang leher batu karang namun siapa sangka dengan hatinya terkadang rapuh pembohong merana, pada siapa bergantung? Berlarilah kakakku capailah langit yang kau lihat rindangkan daunmu indahnya segala pengorbananmu yang mengalir tanpa paksaan dan balasan. Kau menyadarkan ku bahwa masih banyak hal yang layak untuk ku syukuri dan juga mimpi yang harus ku hidupi.
Dari kisah Sri Ningsih dan sekar kita bisa belajar bahwa pengorbanan tanpa paksaan dan balasan yang dilakukan oleh Sri Ningsih menghasilkan hal manis karena kesungguhan sekar dalam menuntut ilmu sekar berhasil meraih segala yang tidak bisa Sri Ningsih raih dan membuat pengorbanan Sri Ningsih tidak sia-sia.